Selasa, 24 Juli 2012

Mengapa Ibu Menangis


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah
seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya 
hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah
mengerti....". Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa
Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?". 
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya
itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap
bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi
dan bertanya kepada Tuhan. "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali
menangis?" Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,

* "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat
utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan
isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk
menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

* Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan
mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap
berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

* Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap
bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

* Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat
keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh
kesah.

* Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk
mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi 
apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai 
hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang
terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan 
kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. 

* Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya,
melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah
tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak
terkoyak?

* Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah 
yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu
akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap
berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

* Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat
mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita,
agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang
dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata
kehidupan".

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Wassalam,

EQ dalam Kepemimpinan

Oleh Johanes Papu


Team e-psikologi
Jakarta, 19 Oktober 2002

  Pada masa era reformasi sekarang ini mencari seorang pemimpin yang tepat memang tidak gampang. Hal tersebut disebabkan kebanyakan suplay tenaga profesional yang tersedia cenderung kurang siap untuk menjadi pemimpin yang matang. Kebanyakan para profesional kita, kalau pun punya pendidikan sangat tinggi sayangnya tidak didukung oleh pengalaman yang cukup. Atau banyak pengalaman namun kurang didukung oleh pendidikan dan wawasan yang luas.  Ketimpangan-ketimpangan tersebut bagi seorang pemimpin perusahaan / organisasi memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap keharmonisan dan kinerja dari perusahaan / organisasi.

  Banyak pemimpin instant hasil kolusi dan nepotisme di perusahaan-perusahaan Indonesia yang sangat minim kesiapan namun tetap saja dipakai demi kepentingan politik perusahaan. Akibatnya, seperti banyak terlihat di negara ini, banyak pemimpin yang malah membawa perusahaannya ke arah keruntuhan dan kebangkrutan dengan menelan banyak korban material bahkan jiwa. Meskipun demikian, tetap saja mereka memperkaya diri (tanpa merasa bersalah) dengan aset-aset perusahaan bahkan pinjaman bank yang seharusnya dipakai untuk menyehatkan perusahaan.

 

  Fenomena apakah yang terjadi atas para pemimpin atau pun profesional kita? Apa yang kurang atau belum dimiliki oleh para pemimpin perusahaan atau pun organisasi kita sekarang ini? Apa rahasia keberhasilan para pemimpin yang sukses dalam arti sebenarnya?

 

  Kecerdasan Emosional

 

  Ada kalimat yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Patricia Patton, seorang konsultan profesional sekaligus penulis buku, sebagai berikut:

 

  It took a heart, soul and brains to lead a people…..

 

  Dari kalimat tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki perasaan, keutuhan jiwa dan kemampuan intelektual. Dengan perkataan lain, “modal” yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin tidak hanya intektualitas semata, namun harus didukung oleh kecerdasan emosional (emotional intelligence), komitmen pribadi dan integritas yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai tantangan. Seringkali kegagalan dialami karena secara emosional seorang pemimpin tidak mau atau tidak dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga keputusan yang diambil bukanlah a heartfelt decision, yang mempertimbangkan martabat manusia dan menguntungkan perusahaan, melainkan cenderung egois, self-centered yang berorientasi pada kepentingan pribadi dan kelompok / golongannya sehingga akibatnya adalah seperti yang dialami oleh kebanyakan perusahaan di Indonesia yang high profile but low profit !

 

  Patton sekali lagi mengemukakan pendapatnya bahwa di masa kini perusahaan tidak hanya membutuhkan pemimpin yang punya kapasitas intelektual. Sebab, yang membuat sukses perusahaan atau organisasi adalah pemimpin yang bisa mendapatkan komitmen dari karyawan, konsumen serta manajemennya. Pemimpin seperti itu adalah mereka yang memahami karyawannya sepenuh hati dan sanggup memacu karyawannya memenuhi persaingan global.  Singkatnya, pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional.

 

Rabu, 18 Juli 2012

Understanding the Adoption of Electronic Banking in China


Abstract


Electronic banking (e-banking), facilitated by
various Electronic Commerce (EC) technologies, has
helped commercial banks to stay competitive through
productivity gains, transaction cost reduction and
customer service improvement. Despite its benefits,
however, developing countries still lag behind
developed countries in the adoption of e-banking. To
address the lack of studies on e-banking adoption in
developing countries, this paper explores factors
impacting e-banking adoption in China, as an example
of a developing country. Facing an intense competition
from foreign-owned banks, Chinese domestic banks
have recently been actively engaged in e-banking
initiatives. A research framework developed based on
technology-organizational-environmental framework is
used to guide the study. The findings from this study
involving one of the four state-owned banks
complement the existing knowledge in this area to
better understand the adoption and development of ebanking
in China.

download full fre jornal for free.

RFID-enabled Warehouse Process Optimization in the TPL Industry


Abstract


Using the value chain model and a longitudinal
real-world case study of a third-party logistics (TPL)
supply chain, this study provides support for the
enabling role of RFID technology in effecting
warehouse process optimization. Furthermore, the
findings of our study reveal the RFID technology
implementation costs as the key inhibitors factor of
RFID widespread adoption and usage among
suppliers.

download full fre jornal for free.

Communication Effectiveness in Global Virtual Teams: A Case Study of Software Outsourcing Industry in China


Abstract


As global virtual team (GVT) is staffed by members
from different countries working at different sites, its
success relies heavily on effective communication. The
purpose of this study is to explore factors affecting
GVT communication effectiveness and how they work.
After a review of prior studies, two aspects were
identified, namely critical success factors (CSFs) and
team characteristics, each represented by a series of
technological, managerial, or structural elements of
the team. A case study observing 6 GVTs in 3
international IT organizations in Dalian Software Park
(Dalian, China) was conducted to examine the
research model. Findings indicated that: 1) although
GVT communication effectiveness is primarily affected
by task-oriented communication, social communication
cannot be ignored; 2) task-oriented communication
and social communication are affected not only by the
identified CSFs and team characteristics but also by
task characteristics. Measures to improve GVT
communication are proposed.

download full fre jornal for free.

A PREDICTIVE MODEL OF REDEMPTION AND LIABILITY IN LOYALTY REWARD PROGRAMS INDUSTRY


Abstract
Loyalty reward programs (LRPs), initially developed
as marketing programs to enhance customer
retention, have now become an important part of
customer-focused business strategies. With the
growth in these programs, the complexities in their
management and control have also increased. One
of the challenges faced by LRPs managers is that of
developing models to address various forecasting
issues to support short, medium, and long term
planning and operational decision-making. We
propose in this paper a predictive model of
redemption and liability in LRPs. The proposed
approach is an aggregate inventory model in which
the liability of points is modeled as a stochastic
process. An illustrative example is discussed as well
as a real-life implementation of the methodology to
facilitate use and deployment considerations in the
context of a frequent flyer program, an airline
industry based LRP.

download full fre jornal for free.

THE CRISIS IN MAINSTREAM ECONOMICS


In preparing this valedictory lecture I have been greatly helped by
hearing and then reading Bob Rowthorn’s speech to the King’s
Economists on 17 April; Paul Omerod’s dissection of modern
macroeconomics in the February 2010 issue of 21st Society, the Journal of
the Academy of the Social Sciences; Heinz Kurz’s paper, “On the dismal
state of a dismal what?”, on the deficiencies of mainly Lucasian theory in
the light of the current crisis events, together with his careful gathering
together of Lucas’s more outlandish and extraordinary claims for his
approach and contributions and those of his tribe of admiring followers;
especially when Keynes’s contributions as they see them and which
Keynes never claimed to have made, are used as his and their numéraire;
Lance Taylor’s “tome for our times”, Maynard’s Revenge, soon to be
published by Harvard University Press; Robert Skidelsky’s, The Return of
the Master (2009); Joe Sliglitz’s many criticisms of the extreme versions
of modern theory which served to justify the Washington Consensus and
its implications for universal policy proposals; Ben Friedman’s review of
recent books by John Cassidy and John Lancaster and Tony Judt’s article,
* A Valedictory Lecture given by G. C. Harcourt at SOAS on 12 May 2010. May I say how
grateful I am to Jan Toporowski and SOAS for arranging the lecture (and the lunch) and to
Sheila Dow and Jan Toporowski for their very kind introduction and closure respectively?
TheCrisisinMainstream… Page 2 of 15 19 May 2010
“Ill fares the land”, in the latest issue of the New York Review of Books,
April-May, 2010.

download full fre jornal for free.

Collaboration with Customers – Understanding the Effect of Customer-Company Interaction in new Product Development


Abstract
Customer co-creation is becoming increasingly
popular among companies, and intensive
communication with the customer is generally seen as
a determinant of new product success. However, there
is still limited insight into what interaction with
customers really is. The most recent thinking argues
for an understanding of value-in-context in order to
co-create value with customers. The question, then, is
how value-in-context can be captured and how this
knowledge can be beneficial in the development
process. In essence in order to capture this type of
information a company needs to interact and
communicate with their customers. However, this
communication process has not been properly
analyzed. In the present study we analyze customer
collaboration based on four separate dimensions –
frequency, direction, modality, and content – in order
to understand the value of customer collaboration. The
data comes from a survey of 207 managers with
experience of new service and product development.
The paper concludes that three of the four dimensions
of customer collaboration have a significant positive
effect on New Product Development performance and
Market Share development.

download full fre jornal for free.

From Reengineering To Process Management - A Longitudinal Study of BPR in a Danish Manufacturing Company


Abstract
This paper is a longitudinal study of BPR initiatives at
Enzyme Business carried out between January 1994 and
March 1998 in Novo Nordisk A/S, one of the largest
companies in Denmark and the world's largest producer
of industrial enzymes with a market share of more than
50%. The paper provides empirical insight from a number
of BPR-projects and related BPR-initiatives, e.g. Business
System Reengineering projects. The paper suggests that
reengineering focusing on process orientation and
customer satisfaction in a functional organisation is a
valid alternative to a fully implemented process
organisation. Novo Nordisk Enzyme Business employs
this approach by integrating functional, industrial, and
business process strategies. As no process owner exists in
this setting, a role as a so-called Flowmaker is
established in order to facilitate and further streamline
the activities of each reengineered process. Furthermore,
it is concluded that several iterations in the Business
System Diamond is required in order to mature the
organisation in applying and obtaining success by the
concept of Business Process Reengineering.

download full fre jornal for free.

Information Needs in Service Systems – A Framework for Integrating Service and Manufacturing Business Processes


Abstract
Customer solutions comprise services and physical
goods as integrated value propositions. Understanding
the customers’ point of view on value creation and
integrating customers as co-creators of value into
service processes are important research fields in
Service Science Management and Engineering. At the
same time, a lack of investigation of the providers’
points of view on offering and fulfilling integrated
value propositions can be ascertained. To compensate
for this deficit, our paper investigates four different
integrated value propositions in the B2B-market to
study how an integration of service and manufacturing
processes can be accomplished by sharing information
in service systems. Based on in-depth business process
analyses, information needs arising from the
integration of service processes and manufacturing
processes are identified and systematized in a
conceptual framework. From a service research point
of view, this framework provides a fundament to build
on in consecutive qualitative and empirical
investigations as well as for designing IT artifacts.

download full fre jornal for free.

The Influences of Transaction and Partnership Characteristics on Interorganization System Integration in Manufacturer-Supplier Dyads


Abstract
The inter-organizational systems (IOS) are
considered to be the most important instrument that
can link manufacturers and suppliers in the supply
chain. When the Internet expands, the role of IOS
moves from being merely an operational tool to
becoming a collaborative commercial instrument, thus,
to improve the integrate effectiveness of the supply
chain. This study emphasizes two major dimensions:
transaction and partnership, as the main factors which
affect IOS integration in manufacturer-supplier dyads.
Based on a survey of Taiwanese electronics firms,
the empirical results show that there are five factors
positively affecting the IOS integration, including the
complexity of components, component criticality, trust,
supplier dependence and supplier investments. The
variables of market variability have negative effects on
the IOS integration. In this study, partnership
characteristics are more important than transaction
ones. Keeping collaborative relationship will improve
the depth of IOS integration.

download full fre jornal for free.

State of the Journal


WELCOME to the January issue of TC. This is going to be another exciting year for us. In this issue I will share with
you some of the developments that TC is undertaking.
During 2011, TC has maintained its position as a leading and prestigious publication in the fi eld of computing. The
number of manuscript submissions (inclusive of Special Sections) was 872 papers (at the time of writing this editorial
in November 2011). The number of papers published was 139 papers plus approximately 140 additional papers were
posted online as preprints (with an acceptance rate around 23.6 percent). Going by the number of papers received to
date, I can guarantee you that 2012 will be another successful year for TC.
The page budget stood at 1872 pages during 2011, which will maintained at the same level in 2012. As a measure
of overall timely review, over the last 12 months the delay encountered from submission to fi rst notifi cation has been
under three months. We are striving to improve this turnaround period and I am positive that this will be achieved
due to the effort of the great team that we have. I would like to extend my gratitude to the wonderful team of Associate
Editors, Guest Editors, reviewers, and IEEE Computer Society staff. Of course, we cannot forget our loyal authors and
readers. I thank you all for such a job well done!
A number of special sections have been published in 2011. TC does not publish special issues and the special
sections are the mechanism used to enable the organization of mini special issues to publish on topical themes that
are of importance to our readership. The themes covered in 2011 were Dependable Computer Architecture, Computer
Arithmetic, Chips and Architectures for Emerging Technologies and Applications, Science of Design for Safety Critical
Systems, and Concurrent Online Testing and Error/Fault Resilience of Digital Systems .
The organization of such special sections will continue in 2012. Information on the scheduled special sections
appears on the journal’s homepage (please see http://www.computer.org/portal/web/tc). I look forward to the
participation of our community in these special sections.
In 2011, TC celebrated its 60th anniversary. Many of our past and current volunteers joined in these celebrations. One
of these activities was to publish quotes in the journal web page from researchers reminiscing about their involvement
with TC (see http://www.computer.org/portal/web/tc/60th). This page will remain active throughout 2012. So,
please feel free to keep on sending me your congratulatory quotes and I will endeavor to have them published.
In late 2011, a few of our Associate Editors concluded their tenure: Sonia Fahmy, Tarek El-Ghazawi, Sunil Khatri,
Anna Lysyanskaya, and Igor Markov. I would like to express our thanks to these colleagues for all their professionalism
and hard work and wish them well with their future endeavors.
Also, in 2012 several new Associate Editors have joined our team: Eui-Young Chung, Petru Eles, Vincenzo Eramo,
Masahiro Fujita, Teofi lo F. Gonzalez, Michael Hsiao, Niraj K. Jha, Cristina Nita-Rotaru, Manish Parashar, Gang Qu,
Sanjay Ranka, Francisco Rodríguez-Henríquez, Eric Rotenberg, Berk Sunar, Zahir Tari, Mateo Valero, and Julio Villalba-
Moreno.
These colleagues were chosen through an extensive selection process which was approved by the IEEE Computer
Society. I would like to welcome them to the board and I am sure their presence will contribute to the continued success
of TC.
Please feel free to send me your suggestions and recommendations. I welcome your ideas and suggestions on ways
in which we can improve TC. I also look forward to receiving your technical submissions.
One last development that I would like share with you is our multimedia center (see http://www.computer.org/
portal/web/tc/multimedia) that is an exciting new development that I would like to encourage you all to contribute
it. We are hoping to grow our multimedia center in 2012 with the help our community.
Albert Y. Zomaya
Editor-in-Chief

Trends in Green Information and Communication Technology and Samples of our Related Research Works


Summary:
Among the trends in ICT is virtualization in order to find ways to reduce the amount of dedicated resources needed for an
individual computer user. The non-stop increase in data generation will require us to have more and more storage devices.
Although these devices are becoming less expensive, they still need power to operate them and mechanisms to cool them. It is
expected that providing applications via mobile tools will continue growing rapidly. This will entail more server capability and
rise in the demand for computing power in data centers. This is also a potential area for virtualization. Due to virtualization and
integration, data centers are now able to push more into a rack. This has lead to an increase in the power consumption per square
foot by a factor of 10 or so. Cloud computing is becoming more and more popular as it provides scalable and resilient IT-enabled
resources using the Internet means.
In addition to the trends and challenges in green ICT, we will be presenting some of our related research works. We propose a
Dynamic Energy Efficient and Secure Routing Protocol for Wireless Sensor Networks in Urban Environments, DEESR. A
decision is made by every node based on various parameters like longevity, distance, and battery power, which measure the node
and link quality to decide the next hop in the route. This ensures that the total load is distributed evenly while conserving the
energy of battery-constrained nodes. The protocol also maintains a trusted population for each node through Dynamic Trust
Factor (DTF), which ensures secure communication in the environment by gradually isolating the malicious nodes. The results
obtained show that the proposed protocol when compared with other energy efficient protocols such as the MMBCR and DSR
gives far better results in terms of energy efficiency. We also introduce an Efficient Reactive and Angular – Optimized Link State
Routing (ERA-OLSR) for MANETs. It is observed that ERA-OLSR performs better than both AODV and DSR in terms of endto-
end delay and average energy consumed. ERA-OLSR is best suited for dense scenarios. The simulation results obtained after
implementing the proposed protocol have shown that ERA-OLSR has better performance than both AODV and DSR in terms of
End-to-end delay and Average Energy Consumption.
We use the ideas of naturally occurring ants’ foraging behavior and based on such ideas we design an energy-aware routing
protocol, which not only incorporates the effect of power consumption in routing a packet, but also exploits the multi-path
transmission properties of ant swarms and, hence, increases the battery life of a node. The efficiency of the protocol with respect
to some of the existing ones has been established through simulation analysis. We formulate the sensor recharge problem in
wireless sensor networks with rechargeable sensor nodes as a Markov Decision Processes (MDP) problem and have formulated
policies to find at which level recharging is optimum. We offered a generalized formula for calculating the delay of recharge. The
theoretical as well as the simulated recharge delay are compared for different policies to get the optimum one. Other related
research efforts by our group will be presented.

Real-Time Exception Management Decision Model (RTEMDM): Applications in Intelligent Agent-Assisted Decision Support in Logistics and Anti-Money Laundering Domains


Abstract
With the increased complexity and uncertainty in
business operations, adaptive and collaborative
business processes and exception management (EM)
are gaining attention. The current EM practice
however offers inadequate decision support for
flexibility and adaptability in EM, is lack of the
consideration of legacy system and human
intervention, and is limited when monitoring activities
in real-time. To mitigate these problems, a real-time
decision support approach in EM is proposed and
investigated in two research phases. The first research
phase focuses on the development of the conceptual
framework – Real-Time Exception Management
Decision Model (RTEMDM) – for design and
development of real-time EM decision support system
(DSS). The second research phase applies the
proposed RTEMDM in logistics and anti-money
laundering (AML) domains. Informed by the
RTEMDM, multi-agent-based real-time EM DSSs for
logistics and AML are designed, implemented, and
evaluated. The proposed RTEMDM can guide the
analysis, design, and development for a real-time EM
DSS.

download full fre jornal for free.

Is it the Review or the Reviewer? A Multi-Method Approach to Determine the Antecedents of Online Review Helpfulness


Abstract
As online reviews increasingly become part of the
purchasing process, it is important to understand
which components of these reviews consumers
consider most helpful in facilitating the purchase
decision process. Online retailer and rating websites
with more helpful reviews offer greater potential
value to their consumers. Through two studies, we
seek to identify and better understand what makes a
helpful consumer review. After an open-ended
analysis of the qualities of a review identified by
subjects’ as helpful, we conducted a controlled
experiment that manipulated both the review content
and the description of the reviewer. One key finding
is that reviews written by a self-described expert are
more helpful than those that are not. This
information can provide guidance to online retailers
and rating websites in their efforts to provide value to
their customers.

download full fre jornal for free.

Generating Service Value Webs by Hierarchical Configuration: A Case in Intellectual Property Rights Clearing


Abstract
Enterprises increasingly jointly participate in service
value webs. They do so because enterprises can then offer
services they could not offer on their own. In earlier
work, we have developed the e3value methodology to conceptually
model such networks, as a design task. This paper
proposes an approach to semi-automatically generate
such service value networks based on service profiles and
a stated consumer need. To this end, we apply skeleton design
and hierarchical configuration techniques. The configuration
process is illustrated by a case study in the field of
intellectual property right clearing.

download full fre jornal for free.

The Hidden System Costs of Wind Generation in a Deregulated Electricity Market


Abstract
Earlier research has shown that adding wind
capacity to a network can lower the total annual
operating cost of meeting a given pattern of loads by
displacing conventional generation. At the same time,
the variability of wind generation and the need for
higher levels of reserve generating capacity to maintain
reliability standards impose additional costs on the
system that should not be ignored. The important
implication for regulators is that the capacity cost of
each MW of peak system load is now much higher.
Hence, the economic benefits to a network of using
storage and controllable load to reduce the peak system
load will be higher with high penetrations of wind
generation. These potential benefits will be illustrated
in a case study using a test network and the SuperOPF.
An important feature of the SuperOPF is that the
amount of conventional generating capacity needed to
maintain Operating Reliability is determined
endogenously, and as a result, it is possible to determine
the net social benefits of relying more on an intermittent
source of generation, such as wind capacity, that lowers
operating costs but increases the cost of maintaining
System Adequacy. The capabilities of the SuperOPF
provide a consistent economic framework for evaluating
Operating Reliability in real-time markets and System
Adequacy for planning purposes. Basically, a
financially viable investment requires that the
reductions in the total annual costs of the existing
system should be larger than the annualized cost of
financing the addition of, for example, wind generation
to a network. The scenarios considered make it possible
to determine 1) the amount of conventional generating
capacity needed to meet the peak system load and
maintain System Adequacy, 2) the amount of missing
money paid to generators to maintain Financial
Adequacy, 3) changes in the congestion rents for
transmission that are collected by the system operator,
and finally, 4) the total annual system costs paid by
customers directly in the Wholesale Market and,
indirectly, as missing money. The results show that the
benefits (i.e. the reduction in the total annual system
costs) from making an investment in wind capacity
and/of upgrading a tie line are very sensitive to 1) how
much of the inherent variability of wind generation has
to be accommodated on the network, and 2) how the
missing money paid to conventional generators is
determined (e.g. comparing a regulated market and a
deregulated market).

download full fre jornal for free.

Knowledge Transfer: Examining a Public Vaccination Initiative in a Digital Age


Abstract
This research applies knowledge management
principles to examine knowledge transfer in the
social marketing of the human papillomavirus (HPV)
vaccination program for girls and young women.
Using focus group research we develop framework to
define the domain of health based decision making in
young women and develop understanding of
constructs in knowledge transfer along the health
consumer supply-chain. We find these are the role of
trust, the absorptive capacity of the receiver, the
medium of the knowledge object and the authority of
the figure providing that knowledge. These findings
have implications for budgetary support of and
accountability for public health knowledge transfer
mechanisms.

download full fre jornal for free.

Developing an IT Portfolio Approach to Justify IT Investments


Abstract
Due to the rapid speed of globalization and
evolving technologies, firms rely on IT much heavier
than before. They use IT not just to cope with the
environment, but also to gain competitive advantages.
Therefore, it is important for firms to invest on the
right while also critical IT with limited resources. To
fulfill this need, this research aims at developing an IT
portfolio method to evaluate and determine the
priorities of IT investments based on three criteria: IT
alignment, business value, and e-readiness. A real
business practice serves as a case to demonstrate the
applicability of our proposed framework. We believe
the final findings are helpful to (1) practitioners who
can use this framework to justify their IT investments;
and (2) researchers who can build upon this model to
further examine the application of IT portfolio
methods.

download full fre jornal for free.

Implications of e-Service Quality Dimensions for the Information Systems Function


Abstract
The measurement of Information Systems (IS)
effectiveness has been prominent on the research
agenda since the 1980s. Consequently various
approaches for measuring IS effectiveness have been
produced including that of service quality. This
approach has its roots in the marketing discipline
where service quality is primarily used to measure
business success via a customer satisfaction set of
dimensions. With the advent of e-commerce, many
studies have focused on online service quality
measurement from the marketing perspective. There
has been scant attention however, to the role of the IS
function in achieving acceptable levels of online
service quality. In acknowledging the elevated role of
the IS function in the e-commerce environment, the
primary objective of this paper, is to highlight the
issues around service quality, and in doing so shift this
research agenda into the domain of IS management.
In light of this a review of both traditional and
electronic service quality research is provided. A
comprehensive set of e-Service Quality dimensions are
consequently synthesized and discussed. Finally, the
authors explore the implications of these dimensions
for the IS function. The paper concludes by suggesting
that an important contributor to IS success in the e-
Commerce environment relates to the degree in which
IS functionaries embrace Service Quality attributes in
the planning, design, implementation and management
of IS.

download full fre jornal for free.

Revisiting and Rethinking the Business Cycle Okun’s Law, Productivity Innovations, and Conundrums in Business Cycle Dating


A long tradition in macroeconomics dating
back to Arthur Okun (1965) and Walter Oi
(1962) regards cyclical productivity fluctuations
as an artifact, a residual generated from the
incomplete and lagged response of employment
and labor hours to demand-driven fluctuations
in real output. In Okun’s version a one percent
decline in output relative to trend is divided
up into a reduction of 1 ⁄3 point in productivity
and 2 ⁄3 point in aggregate hours. The latter
is further subdivided into a reduction of 1 ⁄3
point in the employment rate, with the remaining
adjustment taking the form of lower hours
per employee and in the labor force participation
rate (hereafter LFPR). Yet this tradition
of regarding cyclical productivity fluctuations
as a byproduct of demand-driven output cycles
has been almost forgotten over the past three
decades as a result of widespread adoption of
the real business cycle (RBC) model in which
productivity shocks are treated as exogenous, as
unexplained, as unrelated to aggregate demand,
and as the sole driver of business cycles. Even
in the more enlightened modern macro work
on Dynamic Stochastic General Equilibrium
Models, aggregate demand and sticky prices
have reappeared, but most recent papers still
include an autonomous “technology shock” as
one of several causes of short-term business
cycle fluctuations.

download full fre jornal for free.

Antecedents to Consumers’ Acceptance of Mobile Advertisements – A Hierarchical Construct PLS Structural Equation Model


Abstract
The paper presents a hierarchical construct PLS
structural equation model to analyze mobile
advertisement acceptance. Hypotheses are established
and tested about the hierarchical structure and the
effects of the factors that precede consumers’
behavioral intention to accept mobile advertisement.
The results suggest that valuable content and trust in
advertisers are key predictors of mobile device users’
acceptance of mobile advertising. In addition,
subjective value of the ads and subjective norms
mediate these antecedent-acceptance relationships.
The results are invaluable to both scholars and
business practitioners interested in mobile services.

download full fre jornal for free.

Dynamic Innovation in a Two-Sided Platform


Abstract
We are interested in a two-sided platform, in which
dynamic innovation plays a role in stimulating consumer
demand that also drives rms' incentive to
innovate. By explicitly modeling the price competition
within the two-sided market, we study ways
consumers' platform fee interacts with rms' pricing
strategies on the platform. Our framework also
characterizes a dynamic R&D race and solves the
stationary Markov equilibrium using computation
methods. We nd that by charging consumers a
fee, the platform is not necessarily better o , because
rms may subsidize this cost by lowering their
prices in the market, which leads to lower transaction
revenues and innovation rate. Platform's
revenues may also su er if it shares rms' transaction
revenues. Surprisingly, despite the platform
fee, consumer welfare improves as a result of lower
prices. However, these e ects are not monotonic,
and shifts in the opposite direction occur when rms
switch to di erent pricing strategies, because consumers'
platform fee also mitigates price competition
between low- and high-quality rms.

download full fre jornal for free.

Diffusion of Business Intelligence and Data Warehousing: An Exploratory Investigation of Research and Practice


Abstract
This empirical study extends current Business
Intelligence (BI) and Data Warehousing (DW)
research by studying the discourse life cycle of IS
fashion waves. Using bibliographic methodology and
applying Diffusion of Innovation and Management
Fashion theories, BI/DW related papers and articles
were gathered from both, academic research and
practitioner journals, published from 1995 to 2009.
Formal diffusion models were employed to examine the
level of adoption of BI/DW based on these papers and
articles. Our findings demonstrate mixed-influence
fashion waves of BI/DW across the academic and
private sector communities, with the practitioner’s
research being influenced more by external factors
compared to academic and academic research
diffusion progressing differently than practitioner’s
literature diffusion and the latter has comparatively
slowed down.

download full fre jornal for free.

The Role of Internal Business/IT Alignment and IT Governance for Service Quality in IT Outsourcing Arrangements


Abstract
This paper theoretically argues and empirically
evaluates how a firm’s internal alignment and
governance processes impact the service quality
received from an external IT outsourcing provider.
Using data from 154 firms, it is shown that good
internal business/IT alignment leads to better and more
accurate provider control processes which in turn
improve service level agreements. The paper
contributes to the literature in linking internal
governance with external IT service quality, and by
disclosing a largely neglected influence of alignment
on governance and control processes.

download full fre jornal for free.

Organizational Culture Impact on Business-IT Alignment: A Case Study of a Multinational Organization


Abstract
Importance of BITA has increased over the past few
years. However, achieving and maturing BITA still has
apparent difficulties. Therefore, research efforts resulted
in a number of theoretical models that can be applied as
supportive tools for assessing different components of
BITA. Most of these efforts have been produced either in
Anglo-Saxon Countries or based on their experiences.
The purpose of this paper is to explore the impact of
organizational culture on maturity of BITA. The paper
relies on the nine dimensions of Project GLOBE to
understand societal as well as organizational culture. It
also relies on the bottom-up comprehensive approach of
Luftman's Strategic Alignment Maturity Model to
understand organization’s alignment components. To
fulfill the purpose of this study, a comparative analysis
has been carried out between two subsidiaries of a
multinational organization with a federal organizational
structure that operate in Egypt and Sweden. The results
shows: a) a potential difference in how different
components of BITA are interpreted and implemented in
different organizational culture, and b) that the impact of
organizational culture on BITA maturity is more complex
than what is expected especially on variables that require
social interactions.

download full fre jornal for free.

Selasa, 17 Juli 2012

The Effect of Interactivity between Knowledge Intensive Business service (KIBS) firms and Customers on Innovations in KIBS Firms


Abstract
It is now well established that innovation and
knowledge management can improve firm’s
performance. However, questions like what kind of
factors affect the innovations and how knowledge is
related to innovation remain largely uninvestigated.
In this study, we partially examine what is the key
factor for facilitating innovations and how this factor
is formed in the case of Knowledge Intensive
Business Services (KIBS) firms. The innovation in
services is often the result from a collaborative
process between KIBS firms and client firms. We
examine the role of interactivity in shaping
innovations in KIBS firms and subsequent impact on
firm performance. We collected data from 91 IT
Service Management firms through the survey
method. The results show that interactivity may be a
significant indicator of innovation within KIBS firms.
This study provides a blueprint to further
investigation of the critical role of service in service
science perspectives.

download full fre jornal for free.

Acquiring ERP Business Process Knowledge: A Network Structure Analysis


Abstract
This research investigates the use of knowledge
structures (aka mental models) and Pathfinder
network graph analysis techniques to assess the
acquisition of enterprise resource planning (ERP)
system business process knowledge. Two different
ERP learning models are compared: the more
traditional ERP learning model executed in a static
business environment focusing on conveying
procedural ERP application interface knowledge,
and the simulation-based learning model executed
in a dynamic real-world business environment
focusing on constructing conceptual, real-world
ERP business knowledge. Support is found for the
advantages of simulation-based educational
methods in learning ERP business processes.
Knowledge structures and Pathfinder network
analysis techniques are found to be effective in
assessing business process knowledge acquisition in
the context of ERP education leading to user
acceptance and adaptation.

download full fre jornal for free.

Organizational Learning and Organizational Capabilities of Firms that Engage in Onshore and Offshore Business Process Outsourcing

Abstract
Firms are increasingly using onshore and offshore
business process outsourcing (BPO) to manage their
front and back office functions. While most IS
research uses transaction cost economics (TCE) to
study the transaction-level characteristics that
facilitate outsourcing, to advance theory there is a
need to focus on the firm-level characteristics that
facilitate onshore and offshore BPO. This paper builds
on prior research in organizational learning and
organizational capabilities to propose a theoretical
framework for adoption of onshore and offshore BPO,
and tests the framework using archival data.

On the Role of Partners in a Multi-disciplinary Business Network: A Knowledge Management Perspective


Abstract
Creating a successful offering in a knowledgeintensive
industry often requires access to knowledge
that complements the core technological knowledge
of a firm. However, this complementary knowledge is
often tacit and hence costly to acquire. In this paper,
we investigate how a firm can acquire the necessary
complementary knowledge by leveraging partners in
its business network. Based on a multiple case study
of four Finnish enterprise software firms, we find that
engaging partners who possess both core and
complementary knowledge improves the efficiency
and effectiveness of knowledge transfer between the
focal firm and its customers. In addition, using
partners for this purpose allows the focal firm to
concentrate on developing its core competences,
which ultimately is the source of competitive
advantage and superior market and financial
performance. Our findings constitute a step towards
moving from dyadic to networked knowledge
acquisition models and understanding their impact on
firm performance.

download full journal for free.


Switching Costs, Satisfaction, Loyalty and Willingness to Pay for Office Productivity Software


Abstract
Despite the availability of several free and lowercost
alternatives, the multi-billion dollar market for
office productivity software suites (OPSS) is dominated
by Microsoft Office. Theoretical and empirical
research has typically attempted to explain such
customer loyalty from the perspective of customer’s
satisfaction. However, although loyal customers are
typically satisfied, satisfaction alone can be an
unreliable predictor of loyalty. This research examines
how switching costs can impact loyalty in a context
where network effects may dominate. Additionally, the
research measures how loyalty impacts customer
willingness to pay (WTP) using a contingent valuation
approach. The results reveal that switching costs do
increase consumers’ loyalty and WTP. For OPSS
loyalty is a significant contributor to increased WTP.
Implications for research and practice are discussed.

download full fre jornal for free.

A Prediction Market for Macro-Economic Variables


Abstract


Macro-economic forecasts are used extensively in
industry and government even though the historical
accuracy and reliability is disputed. Prediction
markets have proven to successfully forecast the
outcome of elections, sport events and product sales. In
this paper we provide a detailed analysis of forecasts
generated from a new prediction market for economic
derivatives. The proposed market design is specifically
designed to forecast macro-economic variables and
differs significantly from previous ones. It solves some
of the known problems such as low liquidity and
partition-dependence framing effects. By using finance
methodology we firstly show that the market is
reasonably liquid in order to continuously generate
forecasts. Secondly the market forecasts performed
well in comparison to the ‘Bloomberg’- survey
forecasts. Thirdly forecasts generated by the market
fulfill the weak-form forecast efficiency implying that
forecasts contained all publicly available information.

download full journal for free.

Barriers to Knowledge Acquisition, Transfer and Management in Regional Knowledge Economy Development


Abstract

A key characteristic of a knowledge economy is the
shift from an economy dominated by tangible assets to
one that is based on intangible, knowledge-based
assets, which consist primarily of human capital and
innovation. The success of a regional knowledge
economy is, in turn, measured by its ability to attract
and retain companies that focus on the production,
dissemination and application of knowledge, and on
the provision of services that involve the efforts of
knowledge workers. Two factors that are linked to a
thriving regional knowledge economy that is capable
of both continuous learning and innovation are the
sustainability of human capital for a knowledge
workforce and the sustainability of interorganizational
knowledge transfers. As such, a
research program was undertaken to identify and
analyze the challenges for human capital and interorganizational
knowledge transfer in service to
learning and innovation, towards the goal of regional
economic development.


Kamis, 05 Juli 2012

SKANNING ELEKTRON MIKROSKOPI (SEM)

Elektron-elektron yang terhambur digunakan untuk memproduksi sinyal yang memodulasi berkas dalam tabung sinar katoda, yang memproduksi suatu citra dengan kedalaman medan yang besar dan penampakan yang hamper tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan SEM terbatas pemakaiannya, tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi sekitar 100Å. Aplikasi-aplikasi yang khas mencakup penelitian dispersi-dispersi pigmen dalam cat, pelepuhan atau peretakan koting, batas-batas fasa dalam polipaduan yang tak dapat bercampur, struktur sel busa-busa polimer, dan kerusakan pada bahan perekat (Malcom,P.S., 2001).

KETAHANAN SOBEK (TEAR RESISTANCE)


Ketahanan yang diberikan oleh satu bagian percobaan karet terhadap pengoyakan setelah dipotong menurut cara tertentu (Yayasan Karet,1983).
Uji ini penting untuk beberap produk, misalnya untuk tapak,pipa,sarung kabel, kaus kaki dan lain-lain. Indikasi yang paling berat dari ketahanan terhadap sobekan didapatkan oleh torehan pada bagian dari karet dan sobekan oleh tangan.

MODULUS

Pengukuran yang sebanding antara tegangan tarik dan perpanjangan. Walaupun bentuk pengukuran diambil pada waktu bagian uji putus, dimana nilai modulus adalah kekuatan yang digunakan oleh sebuah sampel yang diberikan persen perpanjangan (Nicholas, P.,1962).

PERPANJANGAN PUTUS (ELONGATION)

Ini adalah total perpanjangan pada potongan uji pada waktu putus. Ini diukur oleh penambahan dalam jarak antara dua garis yang ditempatkan dalam potongan uji sebelum proses pemotongan dimulai (Nicholas P.,1962)

TEGANGAN TARIK (TENSILE STRENGTH)

Ini didefinisikan sebagai sumber kekuatan yang diperlukan untuk memutuskan potongan uji, yang dinyatakan dalam pon per kuadart inci (lb/in2) atau dalam kilogram per sentimeter kuadart (kg/cm2) pada waktu putus (Nicholas P.,1962).

KEGUNAAN LAIN TANAMAN KARET

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekedar sampingan tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberi keuntungan adalah kayu atau batang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya. Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang adalah biji karet. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari hasil analisis diketahui kadar proteinnya sebesar 27%, lemak 32,3%, air 3,6%, abu 2,4%, thiamin 450g, asam nikotinat 2,5g, akroten dan tokoferol 250g dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 100 g bahan. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh terkandung didalamnya. Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen non protein lain yang larut. Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen produk makanan.Jenis-jenis produk makanan yang bisa dicampur dengan konsentrat biji karet adalah daging sintetis, roti, aneka snack, makanan bayi dan masih banyak lagi. Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam dengan air yang sering diganti dan perebuasan terbuka, maka sianida dapat dihilangkan, menguap. Ketika tanaman karet masih kecil, berumur dibawah 3-4 tahun, lahan tanaman dapat dimanfaatkan untuk usaha tani sampingan, yaitu tanaman palawija seprti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, jahe atau bahkan padi gogo. Upaya pemanfaatan lahan tanaman karet secara produktif dapat dilakukan dengan usaha peternakan domba. Usaha ini sangat menguntungkan pemilik perkebunan atau petani karet rakyat karena kedua usaha ini dijalankan pada areal yang sama, maka pekerjaan tambahan sebagai peternak domba tidak terlalu menghabiskan waktu. Berarti produktivitas lahan dapat ditingkatkan dan pendapatan petani karet juga bertambah.

MANFAAT KARET SINTETIS


Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis bahan banyak digunakan bahan baku karet sintetis.
Jenis NBR yang memilki ketahanan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran seal, gasket serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kenderaan bermotor atau industri gas. Jenis CR yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus kabel. Seal, gasket dan sabuk pengangkut. Perekat kadang-kadang dibuat dengan menggunakan jenis CR tertentu Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kenderaan bermotor, juga pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.
18
Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah diuraikan diatas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat secara tak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang yang dibuat dari bahan karet.

MANFAAT KARET ALAM


Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kenderaan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang) sepatu karet, sabuk, penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam. Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shockabsorbers. Karet juga bisa dgunakan untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan
getar serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet. Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali kipas mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walau kini ada yang menggunakan bahan plastik. Bagian-bagian ruang atau peralatan-peralatan yang terdapat dalam bagunan-bangunan besar banyak yang dibuat dari bahan karet, seperti alas lantai dari karet yang dapat dibentuk dengan bermacam-macam warna dan desain yang menarik.
Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem, perekat barang, selang air, kasur busa serta peralatan menulis juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya. Peralatan dan kenderaan perang juga banyak yang bagian - bagiannya dibuat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.
Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras, maka alas lantai yang dibuat dari karet banyak dipergunakan di peternakan-peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah dibersihkan dan cukup meyehatkan bagi ternak seperti sapi dan kerbau.

KARET SINTETIS DAN STANDAR MUTUNYA


Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan
baku minyak bumi. Biasanya karet sintetis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas. Beradasrkan tujuan pemanfaatannya ada dua macam karet sintetis yang dikenal, yaitu :

a. Karet sintetis untuk kegunaan umum
Karet sintetis dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bahkan
banyak fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis-jenis karet
sintetis untuk kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :

1. SBR (styrene butadiene rubber)






Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet alam.

2. BR (butadiene rubber)
Dibanding dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet alam atau SBR.

3. IR (isoprene rubber) atau polyisoprene rubber
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer isoprene. Dapat dikatakan bahwa sifat IR yang mirip sekali dengan karet alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet alam yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.

b. Karet sintetis untuk kegunaan khusus
Jenis karet sintetis ini tidak terlalu banyak digunakan dibanding karet sintetis yang pertama. Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang tidak dipunyai karet sintetis jenis pertama. Beberapa jenis karet sintetis untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya :

1. IIR (isobutene isoprene rubber)
IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya bila akan diolah menjadi suatu barang. IIR yang divulkanisir dengan damar fenolik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi serta proses pelapukan/penuaan.

2. NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile buatadiene rubber
NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Semakin besar kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR adalah sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR yang memiliki viskositas awal yang sesuai dengan keinginan. NBR memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa ester.

3. CR (chloroprene rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan bahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan ke dalam CR untuk proses pengolahan yang baik.

4. EPR (ethylene propylene rubber)
Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat yang rendah.

KARET SINTETIK


Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini mendorong negara-negara Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik.
Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil butadiena (karet metil). Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik dilakukan dalam tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat dengan cara polimerisasi butadiena dengan menggunakan natrium sebagai pencepat (accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang pesat, dan dewasa ini karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada kebutuhan karet dunia.

JENIS - JENIS KARET ALAM


Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah :
a. Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan bahwa bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet. Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 amacam :
1. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggunpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).
2. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
3. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.
4. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
b. Karet alam konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut :
1. Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.
2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang tebal dan tipis.
3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate. Jenis ini juga dibuat dari bahan yang kurang baik atau jelek seperti yang digunakan untuk pembuatan off crepe serta dari

PRAKOAGULASI


Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi setelah kira-kira 8 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan karet.

Penggumpalan (prakoagulasi) dapat dibagi 2 yaitu :
1. Penggumpalan spontan
2. Penggumpalan buatan
Penggumpalan spontan biasanya disebabkan oleh pengaruh enzim dan bakteri, aromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari berikutnya akan tercium bau yang busuk. Sedangkan penggumpalanm buatan biasanya dilakukan dengan penambahan asam. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bagian - bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.Sebenarnya sistem koloidal bisa dipertahankan agak lama sampai satu hari lebih, sebab bagian-bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis protein mempunyai kestabilan sendiri. Stabilisatornya adalah lapisan protein yang mengelilingi tersebut. Dengan berkurangnya kestabilan ini terjadilah prakoagulasi.
Penyebab terjadinya prakoagualasi antara lain sebagai berikut :
1. Penambahan asam

SIFAT-SIFAT KARET ALAM


Warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada 130oC dan terurai sekitar 200oC. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut.
3
Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agar mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon.

TURUNAN KARET ALAM


1.EBONIT
Ebonit adalah karet kaku yang dibuat dari karet alam yang ditambah dengan belerang (30%-40%) kemudian dipanaskan agar terjadi ikatan antara molekul karet dan belerang. Bahan ini digunakan secara luas sebagai komponen dari alat listrik atau industri kimia.
2.HIDROKLORIDA
Jenis karet inmi didapat dari melarutkan karet a;lam dengan asam hidroklorida. Sifatnya tahan terhadap asam, alkali, dan minyak. Penggunaannya adalah sebagai pembungkus yang memerlukan sifat tahan minyak dan kelembapan.

PARTIKEL LATEKS


Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut “lateks”. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya Havea bracileansis (Family Euphorbiaceace) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting. Komposisi lateks Havea bracileansis L dapat dilihat jika lateks disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam
2. Fraksi Frey Wyssling (1-3%) : karotenoid, lipida, air, karbohidrat dan inositol, protein dan turunannya
3. Fraksi serum (48%) : senyawaan nitrogen, asam nukleat dan nukleotida, senyawa organik, ion anorganik dan logam.
4. Fraksi dasar (14%) : air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karotenoid, lipida dan ion logam
Partikel karet didalam lateks tidak dapat saling berdekatan, karena masing-masing partikel mempunyai muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak brown (dapat dilihat dibawah mikroskop). Didalam lateks, isoprene diselaputi oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik.
Protein merupakan gabungan dari asam-asam amino yang bersifat dipolar (dalam keadaan netral mempunyai dua muatan listrik) dan amphoter (dapat bereaksi dengan asam atau basa)

BIOSINTESIS KARET


Partikel karet murni (Isopren) tersuspensi dalam serum lateks dan bergabung membentuk rantai panjang yang disebut “poliisopren”


Berat molekul karet yang terdapat dalam lateks untuk tanaman
muda kira-kira 60.000 dan tanaman tua sekitar 200.000. Karet dengan
berat molekul rendah lebih dapat larut dibandingkan dengan karet yang
memiliki berat molekul tinggi dan ini memungkinkan fraksionasi dari karet
dengan perbedaan kelarutan. Perbedaan karet yang dihasilkan dari dua
variable adalah pada berat molekul dan bahan kimia non karet.
Proses biosintesis karet memerlukan 3 (tiga) komponen utama,
yaitu :
1. Asetil Co-A sebagai blok pengembang
2. 2. TPNH sebagai agen pereduksi
3. ATP sebagai sumber energi
Ketiga komponen ini dihasilkan oleh degradasi karbohidrat, adapun
biosintesis karet dapat digambarkan pada halaman berikutnya:

Rangkaian gambar di atas dapat dibagi dalam 3 (tiga) tahap:
- Tahap pertama : Asam mevalonat yang di sintesis dari 3 molekul asetil Co-A. Energi yang dihasilkan dari proses ini diperoleh 3 ikatan thio ester yang akan dipecah untuk menghasilkan kembali Co-A bebas dan 2 molekul TPNH, yang kemudian akan di oksidasi.
- Tahap kedua : Perubahan asam mevalonat menjadi isopentenyl-PP, unit pembangun dari poliisopren yang telah diperoleh. Pengaktifan dari asam mevalonat menghasilkan 3 molekul ATP dan reaksi dekarboksilasi.
- Tahap ketiga : Terjadi sintesis rantai karbon poliisoprenoid, tidak ada tambahan sumber energi yang dihasilkan karena energi telah cukup dihasilkan atau disediakan oleh pengeluaran sebelumnya dari ATP. PP merupakan leaving group yang baik pada reaksi SN-2 yang berikutnya dan ini kemudian dihidrolisis menjadi orthophosphate menghasilkan reaksi kondensasi yang irreversible. PP ada dimana-mana pada semua sistem yang tinggal dan yang telah ditunjukkan pada lateks juga

KARET ALAM


Karet Alam adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan yang mengandung sari getah pohon karet yuang berupa air susu yang dioanaskan sampai kering untuk dibuat karet mentah. Kemudian dimastikasi, diplastiskan dan dicampour pengisi sepertin karbon hitam, zat pewarna, belerang, dibentuk dengan tekanan, dan divulkanisasi oleh reaksi pentilang sambil dipanaskan untuk mendapatkan benda cetakan
Karet Alam merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4- poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet.
Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks bin asa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Malcom,P.S., 2001).
Cara pemanenan karet alam adalah dengan melukai kulit batangnya sehingga keluar cairan kental yang kemudian ditampung. Cairan ini keluar akibat tekanan turgor dalam sel yang terbebaskan akibat pelukaan. Aliran berhenti apabila semua isi sel telah "habis" dan luka tertutup oleh lateks yang membeku.

KARET


Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama bersifat trans dan selanjutnya cis. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah ia akan mengkristal. Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah al asan mengapa karet bersifat elastik.
Pada dasarnya karet dibagi menjadi karet alam dan karet sintetis.Walaupun karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan karet alam dibanding karet sintetis adalah :
- memiliki daya elastis atau daya lenting sempurna
- memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
- mempunyai daya aus yang tinggi
- tidak mudah panas (low heat build up) dan memilki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)
Walaupun demikian, karet sintetis juga memiliki kelebihan, antara lain :
- tahan terhadap zat kimia, dan
- harganya yang cenderung dapat dipertahankan
Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak.
Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.
Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban non-radial. Jenis-jenis ban yang besar kurang baik bila dibuat dari bahan karet sintetis yang lebih banyak. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat hampir semuanya dari bahan karet alam.
Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet sintetis adalah 1 :
Walapun jumlah produksi karet alam lebih rendah, bahkan hanya
setengah dari produksi karet sintetis tetapi sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedus jenis karet ini hampir sama. Dua jenis karet ini sebenarnya memiliki pasar tersendiri. Karet alam dan karet sintetis sesungguhnya tidak saling mematikan atau bersaing penuh. Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi atau komplementer.

Rabu, 04 Juli 2012

Bahan Baku Kaca


Ada 4 jenis bahan baku utama yang dapat digunakan untuk menghasilkan kaca, antara lain :
1. Pasir silika
Pasir silika merupakan sumber dari SiO2. Pasir silika yang digunakan sebagai bahan baku kaca adalah pasir silika yang tidak banyak mengandung pengotor, baik dari bahan organik maupun bahan anorganik. Pasir silika berguna untuk membentuk cairan gelas yang sangat kental yang memiliki ketahanan terhadap perubahan temperatur yang mendadak.
2. Dolomite (CaO.MgO.H2O )
Dolomite digunakan sebagai sumber CaO dan MgO. Dolomite ini biasanya berupa mineral tambang berwarna putih. Penggunaan dolomite sangat penting karena dapat mempermudah peleburan (menurunkan temperatur peleburan) serta mempercepat proses pendinginan kaca.
3. Soda Ash (Na2CO3)
Soda Ash ini digunakan sebagai sumber Na2O dan K2O. Fungsi dari Na2O adalah menurunkan titik lebur. Secara umum, penggunaan Soda Ash adalah mempercepat pembakaran, menurunkan titik lebur, mempermudah pembersihan gelembung dan mengoksidasi besi.
4. Cullet
Cullet merupakan sisa – sisa dari pecahan kaca yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku utama dari produksi kaca. Tujuan dari penggunaan cullet ini adalah mengurangi 3 bahan baku utama di atas sehingga biaya produksi dapat semakin kecil. Komposisi kimia dari cullet sama dengan komposisi kimia kaca yang diproduksi. Selain itu, penggunaan cullet ini dapat memperkecil melting point atau titik lebur dari pembuatan kaca, sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar.

        Bahan baku kaca tidak hanya terdiri dari 3 bahan di atas, tapi ada juga bahan pendukung lainnya, seperti Feldspar, Calumite, Sodium Nitrate, Blue Dust, Nickel Oxide, Cobalt Oxide, Salt Cake, Nepheline dan Sodium Selenite. Feldspar digunakan sebagai sumber alumina (Al2O3) dan besi (Fe). Feldspar yang digunakan harus memiliki kemurnian cukup tinggi dan mudah melebur. Feldspar meleleh pada suhu 1100oC – 1200oC. Alumina berfungsi untuk meningkatkan elastisitas dan kekuatan kaca terhadap lingkungan, sedangkan Fe digunakan untuk memberikan bias kehijauan sehingga dapat menaikkan persen transmitan dari kaca. Sumber Al2O3 dan Fe dapat diperoleh juga dari Nepheline dan Blue Dust. Kaca dapat juga diwarnai dengan menambahkan oksida – oksida pewarna. Akan tetapi, bahan – bahan pewarna ini hanya digunakan sedikit sekali dalam komposisi kaca. Bahan pewarna yang digunakan untuk menghasilkan kaca berwarna hitam adalah Blue Dust, Cobalt Oxide, dan Nickel Oxide. Untuk menghasilkan kaca berwarna coklat digunakan bahan pewarna Blue Dust, Cobalt Oxide, Sodium Selenite. Bahan pewarna yang digunakan untuk menghasilkan kaca berwarna biru adalah Blue Dust, dan Cobalt Oxide.

Sifat Kaca


     Sifat kaca yang penting untuk dipahami adalah sifat pada saat kaca berbentuk fasa cair dan fasa padatnya. Sifat fasa cair dari kaca digunakan dalam proses pengambangan (floating) dan pembentukan kaca, sedangkan untuk sifat fasa padat dari kaca digunakan di dalam pemakaiannya (kegunaannya). Beberapa sifat fisik dan kimia yang penting dari kaca antara lain :
1. Sifat mekanik
Tension strength atau daya tarik adalah sifat mekanik utama dari kaca.Tensile strength merupakan tegangan maksimum yang dialami oleh kaca sebelum terpisahnya kaca akibat adanya tarikan (fracture). Sumber fracture ini dapat muncul jika kaca mempunyai cacat di permukaan, sehingga tegangan akan terkonsentrasi pada cacat tersebut. Kekuatan dari kaca akan bertambah jika cacat di permukaan dapat dihilangkan.
2. Densitas dan Viskositas 
Densitas adalah perbandingan antara massa suatu bahan dibagi dengan volumenya. Nilai densitas dari kaca adalah sekitar 2,49 g/cm3. Densitas dari kaca akan menurun seiring dengan kenaikan temperatur. Sedangkan, viskositas merupakansifat kekentalan dari suatu cairan yang diukur pada rentang temperatur tertentu. Viskositas dari kaca sekitar 4,5 x 107 poise. Harga viskositas dari kaca merupakan fungsi dari suhu dengan kurva eksponensial.
3. Sifat termal
Konduktivitas panas dan panas ekspansi merupakan sifat thermal yang penting dari kaca. Kedua sifat ini digunakan untuk menghitung besarnya perpindahan panas yang diterima oleh cairan kaca tersebut. Nilai dari tahanan kaca sekitar 1020 – 1 Ω cm13.
4. Optical properties
Refractive properties
Kaca mempunyai sifatmemantulkan cahaya yang jatuh pada permukaan kaca tersebut. Sebagian sinar dari kaca yang jatuh itu akan diserap dan sisanya akan diteruskan. Apabila cahaya dari udara melewati medium padat seperti kaca, maka kecepatan cahaya saat melewati kaca menurun. Perbandingan antara kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya yang lewat gelas ini disebut dengan indeks bias. Nilai indeks bias untuk kaca adalah ± 1,52.
Absorptive properties
Intensitas cahaya yang masuk ke dalam akan berkurang karena adanya penyerapan sepanjang tebal kaca tersebut. Jika kaca semakin tebal, maka energi cahaya yang diserap akan semakin banyak sedangkan intensitas cahaya yang masuk melalui kaca akan semakin rendah.
5. Stabilitas kimia
Stabilitas kimia adalah ketahanan suatu bahan terhadap pengaruh zat kimia. Stabilitas kimia banyak dipengaruhi oleh bahan – bahan pembentuk kaca.