Kamis, 05 Juli 2012

PRAKOAGULASI


Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi setelah kira-kira 8 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan karet.

Penggumpalan (prakoagulasi) dapat dibagi 2 yaitu :
1. Penggumpalan spontan
2. Penggumpalan buatan
Penggumpalan spontan biasanya disebabkan oleh pengaruh enzim dan bakteri, aromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari berikutnya akan tercium bau yang busuk. Sedangkan penggumpalanm buatan biasanya dilakukan dengan penambahan asam. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bagian - bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.Sebenarnya sistem koloidal bisa dipertahankan agak lama sampai satu hari lebih, sebab bagian-bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis protein mempunyai kestabilan sendiri. Stabilisatornya adalah lapisan protein yang mengelilingi tersebut. Dengan berkurangnya kestabilan ini terjadilah prakoagulasi.
Penyebab terjadinya prakoagualasi antara lain sebagai berikut :
1. Penambahan asam

Penambahan asam organik ataupun anorganik mengakibatkan turunnya pH lateks titik isoelektriknya sehingga lateks kebun membeku (pH lateks kebun 6,9).
2. Mikroorganisme
- Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, mikroorganisme banyak terdapat dilungkungan perkebunan karet (pepohonan, udara, tanah, air atau pada alat-alat yang digunakan)
- Mikroorganisme ini menghasilkan asam-asam yang menurunkan pH mencapai titik isoelektrik sehingga lateks serta menimbulkan rasa bau karena terbentuknya asam-asam yang mudah menguap (volatile fatty acid). Bila banyak mikroorganisme maka senyawa asam yang dihasilkan akan banyak pula.
- Suhu udara yang tinggi akan lebih mengaktifkan kegiatan bakteri, sehingga dalam penyadapan ataupun pengangkutan diusahakan pada suhu rendah atau pagi.
3. Iklim
- Air hujan akan membawa zat penyamak, kotoran dan garam yang larut dari kulit batang. Zat-zat ini akan mengkatalisis terjadingan prakoagualasi.
- Lateks yang baru disadap juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi.
4. Pengangkutan
- Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh menyebabkan lateks baru tiba ditempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena matahari sehingga mengganggu kestabilan lateks.
- Jalan yang buruk atau angkutan yang terguncang-guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat sehinggan merusak kestabilan koloid.
5. Kotoran atau bahan-bahan lain yang tercampur
- Lateks akan mengalami prakoagualasi bila dicampur dengan air kotor, terutama air yang mengandung logam atau elektrolit.
- Prakoagualasi juga sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam
.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagualasi antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan dalam penyadapan, penampungan, maupun pengangkutan. Selama pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan, lateks dijaga agar tidak mengalami banyak guncangan.
2. Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran atau air got.
3. Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu agar lateks dapat sampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas.
Apabila langkah-langkah pencegahan diatas sudah dilakukan tetapi hasilnya belum seperti yang diinginkan, maka zat antikoagulan dapat digunakan. Zat antikoagulan ada beberapa macam, tetapi harus dipilih yang paling tepat. Pilihan disesuaikan dengan kondisi lokasi, harga, kadar bahaya zat tersebut dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam mencegah prakoagualasi. Dalam pemakaiannya zat antikoagulan bias digabung untuk menambah daya antikoagulasinya, bisa dua macam menjadi satu atau tiga macam campuran sekaligus. Berikut ini contoh beberapa antikoagulan yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat - tempat pengolahan karet.
1. Soda atau natrium karbonat (Na2CO3). Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau natrium karbonat memang lebih murah. Karena itu soda banyak digunakan di pabrik-pabrik pengolahan yang sederhana. Akan tetapi zat ini tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang akan mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheets (RSS) karena sheet kering yang dihasilkan akan bergelembung-gelembung atau bubbles. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosis soda yang digunakan adalah 5-10 ml larutan soda tanpa air kristal (soda ash) 10% setiap liter lateks.
2. Amonia (NH3)
Zat antikoagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena:
- Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri
- Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan/menaikkan pH lateks kebun
- Mengurangi konsentrasi logam
Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi ammonia secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya. Dosis ammonia yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagualasi adalah 5-10 ml larutan ammonia 2,5% untuk setiap liter lateks.
3. Formaldehid
Pemakaian formaldehid sebagai anti koagulan paling merepotkan dibanding zat lainnya, karena
- Kurang baik apabila digunakan di musim hujan
- Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut atau
asam format (HCHO → HCOOH) yang dapat menyebabkan pembekuan apabila dicampur pada lateks.
Oleh karena itu, formaldehid yang akan digunakan terlebih dahulu harus
diperiksa apakah larutan ini bereaksi asam atau tidak, apabila bereaksi
asam harus dinetralkan dengan zat yang bersifat basa seperti soda kaustik. Seteleh formaldehid bereaksi netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter lateks yang akan dicegah prakoagualasinya,
4. Natrium sulfit (Na2SO3)
Pemakaian zat ini sebagai zat antikoagulan paling merepotkan, karena :
- Bahan ini tidak tahan lama disimpan
- Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu
- Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi
natrium sulfat (Na2SO3 → Na2SO4), bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap. Selain sebagai antikoagulan natrium sulafit juga bias memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter lateks.
Pabrik atau tempat pengolahan karet yang membuat karet jenis
ribbed smoked sheet (RSS) rata-rata menggunakan ammonia dan natrium sulfit sebagai antikoagulan. Untuk membuat karet jenis crepe, antikoagulan yang biasa di gunakan adalah soda atau natrium sulfit. Sedangkan formaldehit waalu dapat digunakan untuk jenis ribbed someked sheet dan crepe, tetapi pemakaiannya kurang dianjurkan. Untuk mendapatkan dosis antikoagulan yang paling tepat dapat dicoba dengan dosis rendah terlebih dahulu. Apabila belum mencukupi, maka dosis dinaikkan sedikit demi sedikit. Untuk patokan dapat digunakan dosis seperti yang telah disebutkan diatas.
Zat antikoagulan harus diberikan secpat mungkin setelah lateks
disadap. Apabila mungkin penambahan antikoagulan pada mangkuk-mangkuk penampung lateks perlu dilakukan, kecuali untuk formaldehid.
Dengan cara ini pencegahan prakoagulasi berjalan lebih efektif. Cara ini membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk menaruh antikoagulan, pada setiap mangkuk pada batang karet yang disadap, berarti juga penambahan biaya.
Beberapa perkebunan menaruh zat antikoagulan pada setiap mangkuk batang karet yang disadap, cara ini memerlukan banyak biaya. Untuk menghemat biaya sebagian areal karet yang letaknya jauh dari tempat pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh di mangkuk. Sedangkan sebagian areal yang dekat dengan tempat pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh dalam ember atau tangki-tangki penampungan.
Penambahan antikoagulan pada ember aantikoagulan pada emeber atau tangki penampungan etrhitung kurang efektif. Lebih tidak efektif lagi apabila antikoagulan ditambahakan setelah lateks tiba ditempat pengolahan. Formaldehid sering ditambahkan di tempat pengolahan tetapi maksudnya sebagai desinfektan atau pemati kuman.
Gejala-gejala prakoagulasi yang sudah muncul menunjukkan tanda bahawa lateks harus segera diolah. Setiap penundaan akan mengakibatkan penambahan jumlah lumps sehingga hasil pengolahan menjadi kurang baik atau off grades dan tidak memenuhi standar jenis-jenis baku atau standars grades.


Tidak ada komentar: