Selasa, 07 Agustus 2012

Mahalnya Harga Diri


Suatu kali seorang badui berniaga di pasar ternak di sebuah kota. Ia
membawa serta putranya yang masih muda. Namun, ditengah kekacauan suasana
pasar, ia kehilangan jejak anak lelaki itu. Anak itu diculik.

Sang ayah menyewa seorang penyeru untuk meneriakkan di jalan-jalan bahwa
imbalan sebanyak seribi piaster akan diberikan kepada siapa saja yang
menemukan anak itu. Meskipun si penculik mendengar teriakan penyeru,
ketamakan telah membuka perutnya dan ia berharap dapat memperoleh jumlah
yang lebih besar lagi. maka ia cuma menunggu dan diam membisu.

Pada hari berikutnya, penyeru itu disuruh berteriak-teriak lagi di
jalan-jalan. kali ini jumlah yang ditawarkan lima ratus piaster, bukan
seribu. si penculik masih menahan diri. Yang membuatnya terkejut, pada hari
ketiga penyeru itu menawarkan hanya seratus piaster. Ia cepat-cepat
mengembalikan anak lelaki itu dan menerima imbalannya. karena penasaran, ia
bertanya pada ayah anak itu mengapa jumlah uangnya dikurangi dari hari
kehari.

Sang ayah berkata, "pada hari pertama putraku marah dan menolak untuk
makan makananmu; iya kan?"
"Ya," sahut penculik.
"Pada hari kedua ia mengambil makanan sedikit, dan pada hari terakhir ia
meminta roti sebanyak yang diinginkannya," kata sang ayah. karena memang
benar demikian, penculik itu tidak menyangkal.

"Nah," kata sang ayah, "Menurut penilaianku, pada hari pertama itu
putraku belum tercemar layaknya emas murni. sebagaimana layaknya pria
terhormat, ia tidak mau berbagi roti dengan penculiknya. Untuk
mendapatkannya kembali dengan harga diri yang belum tercemar, aku siap
membayar seribu piaster. Pada hari kedua- ketika rasa lapar membuatnya lupa
akan perilaku layaknya seorang pria terhormat- ia menerima makanan di
mejamu, dan aku menawarkan lima ratus piaster untuknya. Tetapi, ketika ia
sudah bersedia meminta makanan, kedatangannya kembali hanya berharga seratus
piaster untukku."


Tidak ada komentar: