Selasa, 07 Agustus 2012

Kita Tidak Miskin


"Apakah kemiskinan itu, Bu? Anak-anak di taman bilang kita miskin.
Benarkah itu, Bu?"
"Tidak, kita tidak miskin, Aiko"
"Apakah kemiskinan itu?"
"Miskin berarti tidak mempunyai sesuatu apapun untuk diberikan kepada
orang lain."
"Oh? Tapi kita memerlukan semua barang yang kita punyai, apakah yang
dapat kita berikan?"
"Kau ingatkah perempuan pedagang keliling yang ke sini minggu lalu?
Kita memberinya sebagian dari makanan kita kepadanya. Karena ia tidak
mendapat tempat menginap kota, ia kembali ke sini dan kita memberinya
tempat tidur."
"Kita menjadi bersempit-sempitan"
"Dan kita sering memberikan sebagian dari sayuran kita kepada
keluarga Watari, bukan?"
"Ibulah yang memberinya. Hanya saya sendiri yang miskin. Saya tak
punya apa-apa untuk saya berikan kepada orang lain."
"Oh, kau punya. Setiap orang mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada
orang lain. Pikirkanlah hal itu dan kau akan menemukan sesuatu."
"Bu! Saya mempunyai sesuatu untuk saya berikan. Saya dapat memberikan
cerita-cerita saya kepada teman-teman saya. Saya dapat memberikan
kepada mereka cerita-cerita dongeng yang saya dengar dan baca di
sekolah. Juga cerita-cerita Alkitab dari Sekolah Minggu."
"Tentu! Kau pintar bercerita. Bapakmu juga. Setiap orang senang
mendengar cerita."
"Saya akan memberikan cerita kepada mereka, sekarang ini juga!"

Nampaknya yang perlu ditanyakan bukanlah "Apakah saya punya?", karena
kita pasti mempunyai sesuatu. Melainkan "Apakah yang saya punya?"
yang bisa diberikan -waktu, perhatian, cerita, tenaga, makanan,
tumpangan, uang, ...
Pertanyaannya bukanlah "Seberapa saya punya?", karena kekayaan sejati
lebih ditentukan oleh "Seberapa saya memberi?"

sumber : tidak diketahui


Tidak ada komentar: