Mencintai dan dicintai
adalah hal yang diinginkan oleh setiap orang. Cinta antara orang tua dan
anaknya, suami dengan istri, kakak dengan adik atau antara sesama manusia. Tak
jarang beberapa benda-benda kesayang pun tak luput dari cinta kita, seperti
mobil, baju, hp, komputer,dll. Semuanya manusiawi.
Namun kita perlu waspada ketika cinta kita kepada anak, istri, suami, kakak,
adik dan orang tua bahkan harta benda telah membuat kita jauh atau bahkan lupa
kepada Sang pemilik Cinta yang hakiki.
Saat kita menikah, kita telah dianggap telah melaksanakan 1/2 dari agama.
Artinya yang setengahnya lagi harus kita gapai bersama pasangan didalam
mahligai rumah tangga. Idealnya, setelah menikah harusnya kualitas keimanan dan
ibadah suami istri semakin meningkat dibandingkan saat sebelum menikah. Kalau
dulu waktu masih singgle sholat fardhu sendiri, setelah menikah bisa berjama'ah
bersama istri atau suami. Waktu masih sendiri susah sekali bangun malam untuk
menjalankan sholat tahajud, setelah menikah ada suami atau istri yang akan
membangunkan kita untuk mengajak tahajud bersama. Intinya yang dulu biasa
dilakukan sendiri kini bisa dilakukan bersama dan tentunya ada yang berperan
sebagai pengontrol atau pembimbing mungkin suami sebagai qowwam akan lebih
berperan dalam membimbing istrinya dalam hal peningkatan kualitas ibadahnya.
Mulai dari sholat bareng, tilawah bareng atau mengkaji al qur'an dan hadist
bareng.
Harapannya dengan menikah maka makin terbentang luas ladang amal bagi kita,
sehingga istilah menggenapkan dien untuk pernikahan itu benar adanya.
Namun tak jarang pula, saat kita mencitai makhluk atau benda membuat kita jauh
atau bahkan melupakan Dia sang pemilik cinta. Misalnya, saat sebelum menikah
sangat aktif dalam majelis dakwah, sholat selalu tepat waktu, tilawah setiap
abis sholat magrib, tahajud pun tidak ketinggalan dan bahkan puasa sunnah senin
kamis pun masih rajin dilakukan. Namun keadaan menjadi terbalik setelah
menikah, sholat jadi sering telat, puasa sunah sudah jarang dilakukan, tilawah
hampir tidak pernah lagi apalagi bangun tengan malam untuk tahajud.
Semuanya dilakukan diluar kesadaran kita, karena cinta kita kepada mahkluk
lebih besar dari pada Sang pencipta makhluk. Mungkin bagi seorang istri
kesibukan seharian bekerja atau mengurus anak bisa dijadikan excuse untuk
sholat tidak tepat waktu, untuk tidak tilawah dan meninggalkan tahajud. Toh
mengurus anak, suami dan rumah tangga juga merupakan ibadah.
Begitu juga bagi suami, excuse kesibukannya dalam bekerja untuk memberi nafkah
anak dan istri telah membuat dia lupa untuk sholat berjama'ah, tahajud, tilawah
dan bahkan peran sebagai qowwam yang harusnya dia lakukan untuk membimbing
keluarganya telah terlupakan.
Tak jarang pula yang beranggapan bahwa "hubungan" suami-istri, sudah
cukup memberikan nilai ibadah bagi mereka. Dengan kata lain jika ada aktifitas
ibadah yang lebih ringan untuk dikerjakan kenapa harus mencari yang berat atau
susah untuk dilakukan seperti tahajud, tilawah atau sholat berjama'ah.
Gambaran diatas hanya sepenggal kisah dari kecintaan kita pada makhluk melalui
ikatan pernikahan. Belum lagi kecintaan kita kepada anak setelah mereka kita
lahirkan. Bisa jadi kita bisa lebih jauh lagi dari Sang pemilik cinta karena
cinta kita kepada anak.
Saya ingat nasehat Aa Gym dalam ceramahnya, "hati-hati jika mencintai
makhluk, jangan sampai karena hadirnya makhluk cintamu kepada Sang pencipta
makhluk menjadi berkurang, karena suatu saat nanti makhluk yang kamu cintai itu
bisa saja diambil dari kamu"
Jadi, bagaimanakah kabar cinta Anda hari ini???
Mudah-mudahan cinta yang kita miliki membuat kita semakin cinta kepada Sang
pemilik cinta bukan malah sebaliknya.
Bunda Naila
http://bundanaila.blogspot.com
http://nailasalsabila.multiply.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar