Selasa, 07 Agustus 2012

Final Sajak Faiz


Berikut adalah cuplikan kumpulan sajak Abdurrahman Faiz, sang pengirim surat untuk Ibu Presiden yang pernah menghiasi berbagai milis, termasuk milis kita ini... salam


UNTUK BUNDA DAN DUNIA
Karya Abdurahman Faiz

Kata Pengantar Taufiq Ismail

BU PRESIDEN, AKU JANGAN DIPENJARA, YA


Kumpulan sajak ini, Untuk Bunda dan Dunia, sungguh unik, karena pengarangnya, Abdurahman Faiz, berumur 8 tahun. Dia lahir di Jakarta, 15 November 1995. Ibunya, Helvy Tiana Rosa adalah pengarang, dan ayahnya, Tomi Satryatomo, wartawan. Faktor genetik dan lingkungan kepenulisan dengan budaya membaca di rumah, secara dini telah membentuk Faiz.

Sebelum menguasai aksara, cara bicara Faiz saja, karena puitiknya, sudah menggemaskan orangtuanya. Di tahun 1998, dia mengatakan pada mamanya, "Bunda, aku mencintai bunda seperti aku mencintai surga." Waktu itu Faiz berumur 3 tahun. Konon banyak kata-kata bijak seperti itu berhamburan dari anak ini karena dia suka berkisah dan gemar bermain peran seperti dalam drama.

Sesudah mampu mengetik dengan komputer meja dan laptop orangtuanya, Faiz mulai menulis. Tapi kalau menulis sajak, dia memilih layar telefon genggam yang kecil itu untuk menaruh larik-larik sajaknya.

Dari dua puluh sajak Faiz yang ditulisnya mulai Juli 2001 sampai dengan November 2003 ini, 8 mengenai ibu dan ayahnya, 7 tentang situasi sosial dan 5 tentang tokoh masyarakat.

Kecintaan Faiz terhadap orangtuanya, pastilah karena lingkungan interaksinya di rumah yang penuh kasih sayang pula. Saya kutipkan 2 ungkapannya yang orisinal (dari "Ayah Bundaku") dan mengharukan berikut ini:

Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku
mencintai surga

Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah
nanti

(Januari 2002)

Dia lebih banyak menulis tentang ibunya. Sajaknya ada yang langsung, terasa jelas apa yang dimaksudkannya, tapi ada pula yang maknanya dibiarkannya menggantung, dan diserahkannya pada kita untuk menafsirkan lebih lanjut:

 JALAN BUNDA

bunda
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu

(September 2003)

Lima sajak sosial Faiz menunjukkan kepekaan yang dalam terhadap duka-derita kehidupan manusia. "Siti dan Udin di Jalan", sepanjang 8 bait, 38 baris berkisah tentang penggenjot becak beristerikan tukang cuci pakaian, yang mewakili ribuan lagi orang senasib, yang ". tetap berdoa / agar bisa sekolah / dan punya rumah berjendela." Rumah kardus mereka, menurut pengamatan Faiz, tak ada yang berjendela. Sebuah pengamatan anak 8 tahun yang teliti.

Saya tersentak membaca "Pengungsi di Negeri Sendiri" (Oktober 2003). Saya kok lupa pada saudara-saudara kita itu, satu juta jumlahnya (mudah-mudahan sudah menyusut), akibat Balkanisasi dan perang saudara, yang terusir dari rumah dan kampung halaman sendiri. Saya malu, saya mulai lupa mereka. Cucunda Faiz, terima kasih. Engkau telah mengingatkan aku lagi pada mereka. Mari kita berbuat sesuatu untuk orang-orang sebangsa
yang bernasib malang itu dan kita baca Al-Fatihah untuk mereka. Al Fatihah.

Faiz juga kenal sejumlah tokoh, dan menulis sajak mengenai mereka, yaitu Rasulullah Muhammad saw, tokoh novel super-populer Harry Potter, tokoh novel Frodo (dari Lord of the Rings karya J.R.R. Tolkien), proklamator Bung Hatta dan dua presiden, yaitu George W. Bush dan Megawati Sukarnoputeri.

Ibunya diundang sebagai sastrawati berceramah di Universitas Madison, Madison, Wisconsin dan Universitas Michigan, Ann Arbor, Michigan di bulan September 2003. Pengetahuan umum Faiz bukan main, yang diketahuinya lewat media massa dan tentunya percakapan di rumah, tentang kemungkinan repotnya ibunya yang berjilbab pergi ke Amerika Serikat pada hari-hari ini:

 dari berita yang kubaca
 Amerika penuh rekayasa
 khawatir pun melanda
 bila jilbab dijadikan masalah

 Bagaimana bila bunda
 tiba-tiba dianggap anggota alqaidah?
 bukankah Presiden Amerika
 menuduh dengan mudah
 siapa saja yang tak dia suka?

Tapi syukurlah kekhawatirannya tak terjadi dan bundanya selamat sepanjang perjalanan.

Faiz ikut Lomba Menulis Surat untuk Presiden RI sehubungan dengan Hari Anak Nasional 2003 dan jadi pemenang pertama. "Surat buat Ibu Negara" yang dimuat dalam kumpulan ini adalah bentuk sajak dari surat yang memenangkan hadiah tertinggi dan menawan perhatian luas di media massa Indonesia karena bijaknya. Dalam setiap bait dari keenam bait sajaknya ini terdapat ungkapan, cita-cita dan saran pada Presiden RI dalam idiom anak-anak yang segar.

Faiz sendiri juga bercita-cita kelak jadi presiden dengan kualifikasi kecerdasan bisa bicara 10 bahasa, pandai membuat komputer sendiri, dicintai orang-orang (dia tidak pilih kata klise rakyat) dan persyaratan yang paling
berat: kalau mati masuk surga.

Sebagai penutup surat, setelah usul ini-itu yang dikhawatirkannya menyinggung perasaan presiden, Faiz bersajak:

 Sudah dulu ya.
 Ibu jangan marah ya.
 Kalau tidak senang
 aku jangan dipenjara ya.
 Terimakasih.

Kemampuan Faiz menulis, dalam perkiraan saya, 10 tahun melompati umurnya. Remaja berusia 18 tahun, jika mampu menulis serapi ini, sudah terbilang bagus sekali. Ayah bunda Faiz dititipi Allah bakat brilyan yang mereka harus jaga dan tumbuhkan sebaik-baiknya. Janganlah sampai kemashuran dini mengguncangnya dan mengganggu perkembangan psikologi Faiz selanjutnya.

Mudah-mudahan ibunda Helvy dan ayahanda Tomi berhasil baik dan cucunda Faiz mencapai cita-citanya dalam naungan ridha Allah SWT.

Amin.

Jakarta, Ramadhan 1404 H / 6 November 2003 M.


TERIMAKASIH DARI FAIZ

Faiz mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada Allah SWT, kepada Ayah dan Bunda atas cinta dan dukungan yang berlimpah. Juga untuk Pak Tuo Taufiq Ismail yang aku kagumi. Om Jamal D. Rahman, Om Agus R. Sarjono yang suka menyemangatiku lewat sms. Tante Medy Loekito, Pak Tuo Hamid Jabbar, Om Ahmadun Y.
Herfanda, Om Binhad Nurohmat yang sudah mau membaca karya-karyaku sebelum menjadi buku. Untuk Oma Maria, Opa Amin, Eyang Wiyati, Mami Rani, Papi Isa, Papi Eron, Mbak Menuk, Om Ferry, Om Bimo, Tante Alif, Mbak Kiki, Caca, Adam, Om Ali Muakhir, Om Andi Yudha, Penerbit Mizan, guru-guru dan :teman-temanku semua. Kupersembahkan puisi-puisi ini untuk :kalian dan untuk dunia. Semoga bermanfaat ya.
:
:Salam manis,
:Abdurahman Faiz
:
:
:
:HATTA
:
:Engkau adalah kenangan
:yang tumbuh
:dalam kepala dan jiwaku
:
:Suatu malam kau datang
:dalam mimpiku
:katamu:
:jangan lelah menebar kebajikan
:jadikan kesederhaan
:sebagai teman paling setia
:
:Aku anak kecil
:berjanji menepati
:jadi akan kusurati lagi
:presiden kita
:hari ini
:
:(17 Agustus 2003)
:
:PUISI BUNDA
:
:bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
:tapi semakin lama kuamati
:senyuman bunda adalah puisi
:tatapan bunda adalah puisi
:teguran bunda adalah puisi
:belaian dan doanya
:adalah puisi cinta
:yang disampaikannya padaku
:tak putus putus
:tak putus putus
:
:bahkan bila kutidur
:
:(Mei 2003)
:
: SITI DAN UDIN DI JALAN
:
:Siti dan Udin namanya
:sejak pagi belum makan
:minum cuma seadanya
:dengan membawa kecrekan
:mengitari jalan-jalan ibu kota
:
:Siti punya ayah
:seorang tukang becak
:ibunya tukang cuci
:berbadan ringkih
:
:Udin tak tahu di mana ayahnya
:ditinggal sejak bayi
:ibunya hanya pemulung
:memunguti kardus dan plastik bekas
:
:Mereka bangun rumah
:dari triplek dan kardus tebal
:di tepi kali ciliwung
:tapi sering kena gusur
:
:Bila malam tiba
:mereka tidur di kolong jembatan
:ditemani nyanyian nyamuk
:dan suara bentakan preman
:
:Siti dan Udin namanya
:muka mereka penuh debu
:dengan baju rombengan
:menyanyi di tengah kebisingan
:
:pagi sampai malam
:tersenyum dalam peluh
:menyapa om dan tante
:mengharap receh seadanya
:
:Beribu Siti dan Udin
:berkeliaran di jalan-jalan
:dengan suara serak
:dan napas sesak oleh polusi
:kalau hari ini bisa makan
:sudah alhamdulillah
:tapi tetap berdoa
:agar bisa sekolah
:dan punya rumah berjendela
:
:(Februari 2003)
:
:HARRY POTTER
:
:Sudahkah kau temukan
:ramuan paling rahasia itu
:agar seluruh orang di dunia
:bisa saling cinta?
:
:(Oktober 2002)
:
:AYAH BUNDAKU
:
:Bunda
:engkau adalah
:rembulan yang menari
:dalam dadaku
:
:Ayah
:engkau adalah
:matahari yang menghangatkan
:hatiku
:
:Ayah Bunda
:kucintai kau berdua
:seperti aku
:mencintai surga
:
:Semoga Allah mencium ayah bunda
:dalam tamanNya terindah
:nanti
:
:(Januari 2002)
:
: MENARUH
:
:Aku menaruh semua mainan
:dan teman di sisiku
:
:Aku menaruh bunda
:di hatiku
:dekat sekali
:dengan tempat kebaikan
:
:Tapi
:Aku tak bisa menaruh Allah
:Ia menaruhku di bumi
:bersama bunda dan semua
:Ia ada dalam tiap napas
:dan penglihatanku
:
:Allah, hari ini kumohon
:taruhlah para anak jalanan,
:teman-teman kecilku yang miskin
:dan menderita
:dalam belaianMu
:dan buatlah ayah bunda
:menjadi kaya
:dan menaruh mereka
:di rumah kami
:
:Amin.
:(Juli 2001)
:
:
:JALAN BUNDA
:
:bunda
:engkaulah yang menuntunku
:ke jalan kupu-kupu
:
:(September 2003)
:
: SURAT BUAT IBU NEGARA
:
:Kepada Yang Terhormat
:Presiden Republik Indonesia
:Megawati
:Di Istana
:
:Assalaamualaikum.
:Ibu Mega, apa kabar?
:Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini.
:Ibu, di kelas badanku paling tinggi.
:Cita-citaku juga tinggi.
:Aku mau jadi presiden.
:Tapi baik.
:Presiden yang pintar,
:bisa buat komputer sendiri.
:Yang tegas sekali.
:Bisa bicara 10 bahasa.
:Presiden yang dicintai orang-orang.
:Kalau meninggal masuk surga.
:
:Ibu sayang,
:Bunda pernah cerita
:tentang Umar sahabat Nabi Muhammad.
:Dia itu pemimpin.
:Umar suka jalan-jalan
:ke tempat yang banyak orang miskinnya.
:Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar.
:Soalnya Umar menyamar.
:Umar juga tidak bawa pengawal.
:Umar jadi tahu
:kalau ada orang yang kesusahan di negerinya
:Dia bisa cepat menolong.
:
:Kalau jadi presiden
:aku juga mau seperti Umar.
:Tapi masih lama sekali.
:Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.
:Jadi aku mengirim surat ini
:Mau mengajak ibu menyamar.
:Malam-malam kita bisa pergi
:ke tempat yang banyak orang miskinnya.
:Pakai baju robek dan jelek.
:Muka dibuat kotor.
:Kita dengar kesusahan rakyat.
:Terus kita tolong.
:
:Tapi ibu jangan bawa pengawal.
:Jangan bilang-bilang.
:Kita tidak usah pergi jauh-jauh.
:Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan.
:Mereka mengamen mengemis.
:Tidak ada bapak ibunya.
:Terus banyak orang jahat
:minta duit dari anak-anak kecil.
:Kasihan.
:
:Ibu Presiden,
:kalau mau, ibu balas surat aku ya.
:Jangan ketahuan pengawal
:nanti ibu tidak boleh pergi.
:Aku yang jaga
:supaya ibu tidak diganggu orang.
:Ibu jangan takut.
:Presiden kan punya baju tidak mempan peluru.
:Ada kan seperti di filem?
:Pakai saja.
:Ibu juga bisa kurus
:kalau jalan kaki terus.
:Tapi tidak apa.
:Sehat.
:Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin
:di negara Indonesia.
:Bisa tahu sendiri
:tidak usah tunggu laporan
:karena sering ada korupsi.
:
:Sudah dulu ya.
:Ibu jangan marah ya.
:Kalau tidak senang
:aku jangan dipenjara ya.
:Terimakasih.
:
:Dari
:Abdurahman Faiz
:Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur

: PENGUNGSI DI NEGERI SENDIRI
:
:Tak ada lagi yang menari
:di antara tenda-tenda kumuh
:di sini
:hanya derita
:yang melekat di mata
:dan hati kami
:
:Tidak satu nyanyian pun
:pernah kami dendangkan lagi
:hanya lagu-lagu airmata
:di antara lapar, dahaga
:pada pergantian musim
:
:Sampaikah padamu, saudaraku?
:
:(Oktober 2003)
:
:BUNDA CINTAKU
:
:Bunda
:kau selalu ada di sisiku
:kau selalu di hatiku
:senyummu rembulan
:baktimu seperti matahari
:yang setia menyinari
:dan cintamu adalah udara
:yang kuhirup setiap hari
:meski di dalam sedih
:walau dalam susah
:langkahmu pasti
:jadikan aku insan berarti
:
:terimakasih bunda cintaku
:
:(November 2002)
:
: TUJUH LUKA DI HARI ULANGTAHUNKU
:
:Sehari sebelum ulangtahunku
:aku terjatuh di selokan besar
:ada tujuh luka membekas, berdarah
:aku mencoba tertawa, malah meringis
:
:Sehari sebelum ulangtahunku
:negeriku masih juga begitu
:lebih dari tujuh luka membekas
:kemiskinan, kejahatan,
:korupsi di mana-mana,
:pengangguran, pengungsi
:jadi pemandangan
:yang meletihkan mata
:menyakitkan hati
:
:Tapi ada yang seperti lucu
:di negeriku
:orang yang ketahuan berbuat jahat
:tidak selalu dihukum
:namun orang baik bisa dipenjara
:
:Pada ulangtahunku yang kedelapan
:aku berdiri di sini dengan tujuh luka
:sambil membayangkan Indonesia Raya
:dan selokan besar itu
:
:Tiba-tiba aku ingin menangis
:
:(15 November 2003)
:
:YANTO DAN MAZDA
:
:Yanto dan Mazda, tidurlah
:malam telah larut
:Frodo dan Sam
:sedang berjuang
:memusnahkan Sauron
:
:tidakkah sebaiknya kita
:cium kening bunda
:dan selekasnya masuk
:lewat pintu-pintu mimpi
:untuk membantu mereka?
:
:(Februari, 2003)
:
:SIAPA MAU JADI PRESIDEN?
:
:menjadi presiden itu
:berarti melayani
:dengan segenap hati
:rakyat yang meminta suka
:dan menyerahkan jutaan
:keranjang dukanya
:padamu
:
:(November, 2003)
:
:DARI SEORANG ANAK IRAK DALAM MIMPIKU, UNTUK BUSH
:
:Mengapa kau biarkan anak-anak meneguk derita
:peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami
:dengan bahasa yang paling perih
:
:Irak, Afghanistan, Palestina
:dan entah negeri mana lagi
:meratap-ratap
:
:Mengapa kau koyak tubuh kami?
:apa yang kau cari?
:apa salah kami?
:kami hanya bocah
:yang selalu gemetar mendengar
:keributan dan ledakan
:mengapa kau perangi bapak ibu kami?
:
:Kini
:kami tak pernah lagi melihat pelangi
:hanya api di matamu
:dan sejarah yang perih
:tapi kami sudah tak bisa lagi menangis
:Kami berdarah
:Kami mati
:
:(Oktober 2003)

: PENULIS
:
:Ayahku wartawan
:bundaku sastrawan
:
:dan akulah dia
:yang susah payah
:mengumpulkan semua cinta
:semua duka
:menjadikannya untaian kata
:yang kualamatkan
:pada dunia
:
:mungkin menjadi kebaikan
:yang bisa dibaca siapa saja
:dan sedikit uang
:untuk kusedekahkan
:pada fakir miskin
:
:(Agustus 2003)
:
:MUHAMMAD RINDUKU
:
:Kalau kau mencintai Muhammad
:ikutilah dia
:sepenuh hati
:
:apa yang dikatakan
:apa yang dilakukan
:ikuti semua
:jangan kau tawar lagi
:sebab ialah lelaki utama itu
:
:memang jalan yang ditempuhnya
:sungguh susah
:hingga dengannya terbelah bulan
:
:tapi kalau kau mencintai Rasul
:ikutilah dia
:sepenuh rindumu
:
:dan akan sampailah kau
:padaNya
:
:(April 2003)
:
:KEPADA KORUPTOR
:
:Gantilah makanan bapak
:dengan nasi putih, sayur dan daging
:jangan makan uang kami
:lihatlah airmata para bocah
:yang menderas di tiap lampu merah
:jalan-jalan Jakarta
:dengarlah jerit lapar mereka
:di pengungsian
:juga doa kanak-kanak
:yang ingin sekali sekolah
:
:Telah bapak saksikan
:orang-orang miskin memenuhi
:seluruh negeri
:tidakkah menggetarkan bapak?
:
:Tolong, Pak
:gantilah makanan bapak
:seperti manusia
:jangan makan uang kami
:
:(Oktober 2003)
:
:DOAKU HARI INI
:
:Tuhanku
:berikanlah waktumu padaku
:untuk tumbuh di jalan cinta
:dan menyemainya
:di sepanjang jalan ayah bundaku
:di sepanjang jalan Indonesiaku
:di sepanjang jalan menujuMu
:
:Amin
:
:(Juli, 2003)
: BUNDA KE AMERIKA
:
:Sepucuk surat undangan sampai pagi ini
:di rumah kami
:untuk bundaku tercinta
:dari universitas di Amerika
:
:aku tahu bundaku pintar
:juga amat berbudaya
:tak heran bila ia diundang bicara
:sampai ke negeri adidaya
:
:ia adalah muslimah ramah
:dengan jilbab tak pernah lepas dari kepala
:sehari-hari berbicara benar
:dan tak henti membela yang lemah
:
:dari berita yang kubaca
:Amerika penuh rekayasa
:khawatir pun melanda
:bila jilbab dijadikan masalah
:
:Bagaimana bila bunda
:tiba-tiba dianggap anggota alqaidah?
:bukankah Presiden Amerika
:menuduh dengan mudah
:siapa saja yang tak dia suka?
:
:Maka aku minta kepada Allah
:agar bunda dilindungi senantiasa
:bunda tersenyum dan memelukku
:ia teguh pergi dengan jilbab di kepala
:katanya: hanya Allah maha penjaga
:
:(September 2003)
:
:
:PUISI BUNDA 2
:
:Engkau adalah puisi abadiku
:yang tak mungkin kutemukan
:dalam buku
:
:(November 2003)
:
:FAIZ
:
:Nama lengkapnya Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November
:1995. Pada usia 13 bulan mengalami retak di tempurung kepala
:bagian belakang karena terjatuh dari sebuah kursi tinggi.
:Dokter menganggap sebuah mukjizat ketika dalam perkembangannya
:Faiz tak menunjukkan gejala gangguan otak atau kecerdasan. Ia
:sempat dirawat 2 minggu di Rumah Sakit karena hal tersebut.
:
:Sejak usia 2 tahun Faiz sangat suka bercerita dan bermain
:peran. Ia pernah
:berkata: "Bunda, aku mencintai bunda seperti aku mencintai
:surga," ketika usianya baru 3 tahun.
:
:Ya, sejak saat itu, setiap waktu, Faiz bisa tiba-tiba
:mengeluarkan kalimat-kalimat puitis layaknya seorang penyair.
:Namun karena tidak langsung ditulis, puisi-puisi itu banyak
:yang tidak terdokumentasi (Faiz baru mulai mau menulisnya
:pertengahan tahun 2001).
:
: Saat Faiz tahu buku ini akan terbit, misalnya, ia spontan
:berkata: "Bunda, engkau adalah puisi abadiku, yang tak mungkin
:kutemukan dalam buku." Dan seperti biasa, sang bunda langsung
:berseru, "Apa, nak? Tunggu, kamu harus menuliskan kalimat itu
:Itu puisi yang sangat indah"
:
:Pada usia 3 tahun pula ia bercerita dengan mimik serius
:tentang temannya bernama Mimis. "Kasihan deh, Bunda. Mimis itu
:ibunya tukang cuci, bapaknya satpam di mall. Ibunya
:sakit-sakitan sampai batuk darah. Mall tempat bapaknya bekerja
:dibakar dan dijarah orang banyak. Aku kasihan sekali padanya."
:
:Tentu Bunda Faiz, Helvy Tiana Rosa yang juga seorang cerpenis
:kebingungan. Seingatnya Faiz tak memiliki teman bernama Mimis.
:Lagi pula anak itu bahkan belum masuk play group maupun TK.
:Tapi Faiz terus bercerita. "Kasihan deh si Mimis itu. Kita
:harus menolong dong, Bunda."
:
:Akhirnya Sang Bunda berkata: "Faiz, mari kita tolong Mimis.
:Dia tinggal di mana? Kok bunda belum tahu?"
:
:Tiba-tiba Faiz tertawa gelak: "Bunda..... bunda" serunya
:masih menahan tawa. "Mimis itu kan cuma teman khayalanku saja"
:
:Rupanya ia sudah mengerti konsep teman khayalan. Tinggal
:bundanya yang geleng-geleng kepala. Sejak kecil Faiz juga
:sudah sering bertanya yang aneh-aneh kepada bunda, maupun
:ayahnya: Tomi Satryatomo yang bekerja sebagai wartawan.
:Misalnya: Ayah, mengapa angin itu tidak kelihatan? Mengapa
:awan ada di atas? Kan kalau di bawah enak dijadikan tempat
:tidur? Mengapa api dinamakan api? Mengapa laut asin? Mengapa
:Tuhan hanya satu? Adakah orang tinggal di Bintang? Dan lain
sebagainya.
:
:Menjelang usia 5 tahun, Faiz masuk ke TK Pelita di dekat
:rumahnya. Setahun kemudian ia didaftarkan ke SD negeri. Tapi,
:karena usianya belum 6 tahun, ia belum diterima. Baru pada
:usia menjelang 7 tahun ia masuk di kelas I SDN 02 Cipayung
:yang juga tak jauh dari rumahnya.
:
:Kegiatan sehari-hari Faiz adalah sekolah, les, mengaji dan
:bermain. Ia juga suka sekali mempelajari alat elektronik. Ia
:terbiasa dengan komputer sejak usia 3 tahun. Saat balita ia
:bisa mengoperasikan PDA, laptop, internet, HP jenis apa pun,
:kamera digital bahkan handycam. Ia juga sudah memiliki laptop
:sendiri--bekas bunda. Anehnya ia lebih suka menulis puisi di HP.
:
:Faiz yang suka berolahraga dan mengoleksi banyak buku ini,
:bercita-cita menjadi seorang presiden yang juga professor.
:Agustus 2003 lalu, ia menjadi Juara I Lomba Menulis Surat
:untuk Presiden, Tingkat Nasional, yang diselenggarakan Dewan
:Kesenian Jakarta, dalam rangka Hari Anak Nasional 2003. Sejak
:saat itu ia kerap diburu wartawan dan menjadi tamu dalam
:beberapa acara televisi antara lain Liputan 6 dan Who Wants to
:be A President. Ia juga ditawari bermain sinetron tapi ia menolak.
:
:"Ternyata menjadi terkenal itu tidak enak ya. Capek
:dikejar-kejar orang. Semua mencium kita sembarangan. Tapi
:enaknya kita bisa gampang menolong orang," komentar tiga besar
:di kelas II SDN 02 Cipayung yang juga anggota Forum Lingkar
:Pena Kids ini.
:
:
:KOMENTAR PARA PENYAIR
:
:Puisi Faiz belum banyak, tetapi mampu menimbulkan keharuan
:yang mendalam ketika saya membacanya. Ia bicara cinta dengan
:agung. Ia bicara agama dengan anggun. Ia bicara derita
:manusia dengan bening. Mengutip akhir puisi "Siti dan Udin di
:Jalan": dan punya rumah berjendela, nampaknya sebuah keinginan
:sederhana, namun sesungguhnya teramat dalam maknanya, sebab
:jendela adalah tempat kita menengok dunia luar, dan selama
:jendela kita terbuka, hidup adalah indah. (Medy Loekito,
:penyair, Yayasan Multimedia Sastra)
:
:Faiz, puisi-puisimu mencerminkan perasaan dan hatimu yang
:bening. Dari puisi-puisimu aku tahu hati dan perasaanmu selalu
:bergolak melihat apa pun di sekitarmu. Dan bahasamu sebening
:hatimu. (Jamal D. Rahman, penyair, Pemimpin Redaksi Majalah
:Sastra Horison)
:
:Faiz, berpikir lebih 'gila' lagi, tapi tetap bicara dengan
:hati (Hamid Jabbar, Penyair, Redaktur Senior Majalah Horison)
:
:Faiz, puisimu seperti danau, tempatku melihat bayang-bayang
:dan juga ingatan masa kanakku, yang telah berdiri jauh di
:belakangku. (Binhad Nurohmat, penyair, Koordinator Serikat Baca
Dunia )
:
:Sejujurnya, membaca sajak-sajak Faiz saya sungguh-sungguh
:tercengang. Ia tampaknya dikaruniai bakat kepengarangan yang
:cukup luar biasa. Baru berusia 8 tahun, tapi sudah mampu
:membuat sajak-sajak yang tidak hanya indah dan rapi bahasanya,
:tapi juga sangat bermakna. Semoga dia kelak menjadi sastrawan
:besar yang mampu mengharumkan nama bangsa. (Ahmadun Yosi
:Herfanda, penyair. Redaktur Budaya Harian Republika)
:
:Faiz, jalan kupu-kupu yang kau tempuh itu, membikinku ingin
:menjadi kanak-kanak lagi. Karena meski surga ada di telapak
:k`ki ibu, jalan ke sana pastilah lewat kebeningan dan
:keriangan jiwa kanak, yang begitu bercahaya dalam
:sajak-sajakmu. (Agus R. Sarjono, penyair, Ketua Dewan Kesenian
:Jakarta)
:


Tidak ada komentar: